Serai (Cymbopogon citratus)
Serai
atau Cymbopogon citratus atau sering disebut Cymbopogon nardus (Lenabatu)
merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam famili rumput-rumputan atau
Poaceae. Menurut Wijayakusuma (2005) tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass
karena memiliki bau yang kuat aroma yang kuat dan sering ditemukan tumbuh
alami di negara-negara tropis. Komposisi minyak serai ada yang terdiri dari
beberapa komponen, yang isinya antara lain alkohol, hidrokarbon, ester,
aldehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya. Penamaan serai dikenal
juga dengan nama serai dapur (Indonesia), sereh (Sunda), bubu (Halmahera), serai
dapur (Malaysia), tanglad dan salai (Filipina); balioko (Bisaya), slek krey
sabou (Kamboja), si khai/ shing khai (Laos), sabalin (Myanmar), cha khrai (Thailand).
Menurut
Wijayakusumah (2005) tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5m. Panjang daunnya
mencapai 70-80cm dan lebarnya 2-5cm, berwarna hijau muda, kasar dan mempunyai
aroma yang kuat. Tanaman serai genus Cymbopogon meliputi hampir 80
spesies, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai
arti ekonomi dalam perdagangan. Tanaman serai yang diusahakan di Indonesia
terdiri dari dua jenis yaitu Cympogon nardus (lenabatu) dan Cympogon
winterianus (mahapengiri). Jenis mahapengiri mempunyai ciri-ciri daunnya
lebih lebar dan pendek, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar
sitronellal 30-45% dan geraniol 65- 90%. Sedangkan jenis lenabatu menghasilkan
minyak dengan kadar sitronellal 7-15% dan geraniol 55-65% (Wijoyo, 2009).
Serai umumnya
tumbuh sebagai tanaman liar di tepi jalan atau kebun, tetapi dapat ditanam dalam
berbagai kondisi di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari, dan
bercurah hujan relatif tinggi. Menurut Mansur (1990), panen pertama dilakukan
pada saat tanaman serai sudah berumur 5-6 bulan setelah tanam, dengan cara
memotong daun serai pada 5 cm diatas ligula atau batas pelepah dengan helaian
daun dari daun paling bawah yang belum mati atau kering. Panen selanjutnya
dapat dilakukan setiap 3 bulan pada musim hujan dan setiap 4 bulan pada musim
kemarau.
Menurut Santoso
(2007) kedudukan taksonomi tanaman serai
Kingdom
Subkingdom
Divisi
Sub
Divisi
Kelas
Sub
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
|
Plantae
Trachebionta
Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledonae
Commelinidae
Poales
Graminae/Poacea
Cymbopogon
Cymbopogon
nardus L. Rendle
|
Serai
tidak mengandung kolesterol berbahaya atau lemak. Manfaat utama serai yaitu pada batang dan daun yang kering
digunakan untuk bumbu masak, minyak wangi, bahan pencampur jamu, dan juga
dibuat minyak atsiri. Kandungan kimia tanaman serai lebih banyak terdapat pada
batang dan daun. Batang serai
dapat memiliki panjang lebih dari 30 cm. Batang serai dapat digunakan sebagai
peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak atau obat batuk, obat kumur,
penghangat badan, gangguan pencernaan, sakit perut, masuk angin, anti demam,
pencegah muntah, dan lain-lain.
Kandungan
lain yang terdapat dalam serai adalah minyak atsiri. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam serai sebesar
0,25%. Hasil pengujian kandungan minyak atsiri yang dilakukan terhadap minuman
serbuk serai yaitu sebesar 0,1%. Serai memiliki aroma yang cukup tajam
dikarenakan serai mengandung minyak atsiri dengan komponen utama yaitu geraniol
dan sitronelol (Agusta, 2000). Kandungan kimia
yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain pada daun sereh dapur
mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari sitral,
sitronelol (66-85%), α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen,
limonen, cis-osimen, sitronelal, α-terpineol, geraniol,
terpinen-4-ol, trans-metilisoeugenol, β-kadinen, elemol,
β-felandren,
borneol, kariofilen oksida (Anonim, 1984; Anonim, 1985; dan Rusli dkk., 1979). Murahnya
harga serai dan jarang dimanfaatkan membuat tanaman ini seakan tidak berguna.
Aroma serai yang khas dapat dijadikan suatu produk yang menarik perhatian
konsumen. Penggunaan serai menjadi suatu produk baru merupakan hal penting
sebagai diversifikasi pangan.
Komentar
Posting Komentar