Temu putih (Curcuma zedoaria)



Indonesia ialah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati cukup luas, dari 40 ribu macam flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Namun baru sekitar 26% yang sudah dibudidayakan dan 74% masih tumbuh liar di hutan. Dari 26 % yang sudah dibudidayakan, sebanyak 940 ragam tanaman sudah diterapkan sebagai obat tradisional.
Penggunaan tanaman obat terus meningkat sejajar dengan berkembangnya industri obat tradisional / modern, farmasi maupun komestika yang menerapkan tanaman obat sebagai bahan bakunya. Peningkatan ini diduga sebab adanya sebagian aspek yang mendorong, antara lain kecenderungan kembali ke alam (back to nature) dari pemakai tanaman obat, efek samping yang ditimbulkannya kurang berarti jika diperbandingkan dengan obat sintetis, populasi penduduk yang kian meningkat, diiringi dengan pasokan obat tak banyak mendorong, tarif perawatan yang cukup mahal, resistensi obat kepada penyakit infeksi yang dipakai untuk penyakit menular.
Berdasarkan Depkes, yang dimaksud dengan obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, binatang, mineral atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan hal yang demikian yang belum memiliki data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan cuma menurut pengalaman. Bahan yang dipakai {dapat} dalam kondisi segar maupun dalam wujud kering yang di ucap simplisia, bisa berupa rimpang, akar, herba, daun, batang, bunga dan buah. Secara lazim yang dinamakan simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apa saja selain diungkapkan lain, berupa bahan yang sudah dikeringkan.
Tanaman obat yang dimanfaatkan di Indonesia berjumlah lebih dari 1.000 macam tanaman. Macam tanaman obat yang paling banyak ditemukan di beragam lingkungan pemukiman, terutama di pedesaan ialah keluarga tanaman temu (Zingiberaceae). Produk yang bisa dibuat dari tumbuhan kunyit putih (Curcuma zedoaria) yaitu produk separuh jadi (simplisia, pati, minyak, ekstrak), produk  industri (makanan/minuman, kosmetika, farmasi), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan Industri Obat Tradisional (IOT), dan produk jadi (sirop, instan, bedak, tablet dan tablet).
Sampai ketika ini penyakit kanker menjadi suatu ancaman bagi beberapa besar orang. Tetapi sampai saat ini belum terdapat obat yang spesifik bisa mengobati penyakit kanker. Upaya pencegahan banyak yang dilaksanakan dengan menerapkan terapi radiasi dan sitostatika. Tetapi beberapa penderita lebih memilih terapi pilihan untuk menekan perkembangan sel-sel kanker. Terakhir ini sudah dikenal sebagian suplemen makanan yang mempunyai kandungan anti kanker, salah satunya yaitu rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria). Rimpang temu putih banyak diaplikasikan dalam pengobatan sebab mempunyai khasiat seperti antikanker dan antioksidan. Kecuali itu rimpang temu putih juga bermanfaat memulihkan gangguan pencernaan (dispepsia), sakit gigi, batuk, mengobati radang kulit, pencuci darah, insektisida, dan lain-lain.
Taksonomi tanaman temu putih dalam tata nama (sistematika) tumbuhan termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledoneae
Zingiberales
Zingiberaceae
Curcuma
Curcuma zedoaria

Temu putih memiliki nama daerah, diantaranya “kunyit putih” berserat, kunir putih (Jawa), temu putih (Melayu), koneng bodas (Sunda). Nama asingnya Ezhu, fung ngo su (Tionghoa), zedoary (Inggris). Nama lain (sinonim) adalah: Curcuma pallida, Curcuma zerumbet, Amomum zedoaria, Costus luteus  dan Roscua lutea. Selain itu juga memiliki nama simplisia yaitu Zedoariae Rhizoma (rimpang temu putih).
Temu putih merupakan tanaman obat yang dibudidayakan di beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia, temu putih banyak ditemukan sebagai tanaman liar di kawasan Jawa Barat dan Jawa Tengah,  terutama di lahan yang kurang subur pada daerah dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Seperti halnya temu lawak, temu putih merupakan tumbuhan berupa semak, memilliki batang semu dengan 6-8 helai pelepah daun yang berpadu dan menutupi satu sama lain, tumbuh tegak lurus. Ketinggian tanaman ini bisa mencapai 100 cm.
Daun tunggal, bertangkai panjang. Helaian daun berbentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip,  berwarna hijau dengan sisi kiri kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau lembayung, panjang 25-70 cm, lebar 8-15 cm.Daun rasanya seperti serai sehingga bisa digunakan untuk memasak ikan.
Bunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, panjang tandan 20-25 cm. Bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar. Mahkota bunga berwarna putih dengan garis tepi merah tipis dan bagian bawah berwarna hijau muda atau keputihan.
Rimpang induk bentuknya jorong membulat dan mengeluarkan rimpang cabang yang cukup banyak dan tumbuh kea rah samping, ukurannya lebih kecil, bentuknya memanjang dan mudah dipatahkan. Dari rimpangnya keluar akar-akar yang kaku dan pada ujungnya terdapat kantong air. Warna rimpangnya kuning muda atau putih,  sedikit beraroma kunyit, daging rimpang berwarna kuning muda dan rasanya pahit. Rimpang dipanen pada saat tumbuhan berumur 9 - 12 bulan.
Bentuk buah berserat, segitiga, bundar, tipis dan kulitnya lunak. Biji berbentuk lonjong, berselaput, dan ujungnya berwarna putih.
Kandungan kimia rimpang temu putih adalah minyak atsiri, kurkuminoida (diaril heptanoid), polisakarida, kurdiona, kurkumemona, kurkumin, beta-elemene, beta-sitosterol, zedoarin, zingiberena, sineol, fenol, seskuiterpena, kamfer, pati, resin, dan gum. Minyak atsiri rimpang temu putih berupa cairan kental kuning emas mengandung: 1) monoterpen hidrokarbon (a-pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol (D- borneol), monoterpen keton (D- kamfor), monoterpen oksida dan sineo l, dan 2) seskuiterpen golongan: bisabolan, eleman, germakran, eudesman, guaian dan spirolakton. Besarnya kadar kurkuminoid bervariasi di antara jenis Curcuma tergantung dari tempat tumbuh dan periode panen, kadar kurkuminoida tertinggi terdapat pada jenis  C. longa (kunyit) sebesar 3,97%.
Rimpang temu putih rasanya sangat pahit, pedas, sifatnya hangat, berbau aromatik, dengan afinitas ke meridian hati dan limfa. Sebagai obat tradisional, rimpang temu putih digunakan sebagai stimulans, karminativum, diuretik, antiemetik, antipiretik, antidiare, mengobati kanker serviks, memperbaiki gangguan pencernaan, melancarkan aliran darah, fibrinoltik, mengobati ulser, luka, leukemia, histeromioma, dan peluruh haid (emenagog).
Selain itu temu putih juga bermanfaat untuk memulihkan tenaga sehabis melahirkan, menenangkan anak rewel, menguatkan pencernaan, perut kembung, sakit perut, menambah nafsu makan, perangsang muntah bila terkena racun, menghilangkan napas bau, nyeri haid (dysmenorrhoea), cacingan, ambeien (hemorrhoids), demam, sakit gigi, radang selaput lendir, jantung koroner, TBC, asma, nyeri dada, radang saluran napas (bronkritis), dan sebagainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tomat (Lycopersicon esculentum)

Lengkuas (Alpinia galanga L)

Temu kunci (Boesenbergia pandurata)