Temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.)


Tanaman temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.) merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura. Tumbuhan semak berumur tahunan, batang semunya terdiri dari pelepah-pelepah daun yang menyatu, memiliki umbi batang. Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3 hingga 4 buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk jenis temu-temuan yang sering berbunga. Panen dapat dilakukan pada umur 7-12 bulan setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur. Sebagai bahan tanaman untuk bibit digunakan tanaman sehat berumur 12 bulan (Hayani, 2006).

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun dengan habitus mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman ini terdiri atas beberapa anakan dan tiap anakan memiliki 2-9 helai daun. Daun temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Panjang daunnya yaitu sekitar 50-55 cm dan lebar ± 18 cm. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua dan pangkal bunganya berwarna ungu. Rimpang temulawak wujudnya bulat seperti telor dengan warna kulit rimpang sewaktu masih muda ataupun tua yaitu kuning kumal. Warna daging rimpang yaitu kuning dengan cita rasa pahit, beraroma tajam dan keharumannya sedang. Untuk sistem perakaran tanaman temulawak termasuk tanaman yang berakar serabut dengan panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Anonymous, 2013).

Temulawak dimanfaatkan sebagai pewarna natural pada pengolahan makanan serta sebagai salah satu bahan untuk pembuatan jamu tradisional. Temulawak dengan kandungan kurkuminnya juga diketahui sebagai anti-tumor, antioksidan, obat malaria dan juga bisa mencegah tertularnya HIV pada manusia. Temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), sellulosa dan mineral. Dari beberapa senyawa tersebut yang merupakan zat warna kuning adalah kurkuminoid yang merupakan salah satu bahan pewarna alami (natural curcumin) dan aman digunakan untuk pewarna makanan maupun tekstil (Ramdja, 2009).

Menurut klasifikasi dalam tata nama ( sistematika ) tumbuhan, tanaman temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.) termasuk ke dalam :

Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledonae
Zingiberales
Zingiberceae
Curcuma
Curcuma zanthorrhiza L.


Morfologi Temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.) yaitu pada bagian batang temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun.

Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55 cm, lebarnya + 18 cm, dan setiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis–garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3-9 anak.

Bunga tanaman temulawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga ± 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) hingga 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.

Rimpang induk temulawak wujudnya bulat seperti telor, dan berukuran besar, meski rimpang cabang terdapat pada komponen samping yang wujudnya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna rimpang cabang biasanya lebih muda dari pada rimpang induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda ataupun tua yaitu kuning kumal, atau cokelat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau orange tua, dengan cita rasa yang pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman ±16 cm. Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda.

Sistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Anonymous, 2014). Tepung adalah kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48-54 % tergantung dari ketinggian daerah tumbuhnya, makin tinggi daerah tumbuhnya makin rendah kadar tepungnya.
Selain itu tepung, temulawak juga mengandung zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral seperti natrium ( Na), zat besi (Fe), magnesium (Mg ), mangan (Mn ) kalium ( K ), dan Kadmium ( Cd). Bagian utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak |merupakan zat kuning yang disebut ” kurkumin” dan juga protein, pati, serta zat-zat minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal. Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6 % - 2,22 % dihitung menurut  berat kering. 

Dari hasil percobaan uji yang dilaksanakan oleh Balai penelitian tanaman dan obat, didapatkan sejumlah zat/senyawa dalam rimpang temulawak antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu 4,62%, abu tidak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol 9,48%, dan kurkumin 2,29%. Dari hasil pengujian hal yang demikian, ditemukan juga kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tomat (Lycopersicon esculentum)

Lengkuas (Alpinia galanga L)

Temu kunci (Boesenbergia pandurata)