Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt)
Tanaman Pala atau Myristica fragrans Houtt adalah termasuk
familia Myristicaceae, yang tumbuh di Indonesia, terutama di Maluku. Pohon pala
merupakan tanaman berumah dua tingginya sekitar 10 meter. Buahnya yang masak
berwarna kuning, di bagian tengahnya terdapat alur, garis tengah buah ini
sekitar 5 cm. Pengembangbiakan tamanan ini dengan menggunakan bijinya, setelah berumur
8-9 tahun baru mulai berbunga dan berbuah dan keadaan ini akan dipertahankannya
sampai tanaman berumur sekitar 75 tahunan. Tindakan okulasi dapat menjamin
pembuahan yang baik. Biji pala yang banyak diperlukan sebagai bahan obat berkadar
minyak atsiri yang tidak kurang dari 5% volume berat, sedangkan kadar minyak
atsiri serbuk tidak kurang dari 4% (Kartasapoetra, 1992).
Klasifikasi tanaman pala (Myristica fragrans Houtt)
yaitu
Kingdom
Division
Sub division
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
|
Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Dicotyledonae
Magnoliales
Myristicaceae
Myristica
Myristica
fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, Myristica fattua Houtt, Myristica specioga
Ware, Myristica sucedona BL, Myristica malabarica Lam (Hapsoh dan Hasanah,
2011).
|
Tanaman pala
dikenal karena biji buahnya yang tergolong sebagai rempah - rempah. Biji dan selaput
biji (fuli) atau disebut dengan bunga pala, sejak dulu merupakan komoditas
ekspor Indonesia dan menduduki sekitar 60% dari jumlah ekspor pala dunia
(Hatta, 1993). Bagian dari tanaman pala yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi
adalah buahnya. Kedudukannya sebagai bahan penting untuk industri atau sebagai
komoditas perdagangan menyebabkan bangsa - bangsa di benua Eropa pada abad
pertengahan memperebutkan daerah - daerah penghasil pala di Indonesia.
Hasil pala
Indonesia mempunyai keunggulan di pasar dunia karena memiliki aroma yang khas
dan memiliki rendemen minyak yang tinggi. Hanya sekitar 40% kebutuhan pala
dunia dipenuhi dari Granada, India dan beberapa negara penghasil pala lainnya.
Sedangkan sekitar 60% kebutuhan pala dunia dapat dipenuhi Indonesia, yakni
berupa biji pala dan selaput biji (fuli) yang dapat menghasilkan devisa cukup
besar (Hatta, 1993).
Kandungan zat -zat pada biji pala sebagai berikut :
A. Minyak atsiri sampai 10%, berisi
miristin (yang bersifat membius) sekitar 4%, pinen, 80% kamfer, 8% dipente,
safrol 0,6%, egenol, koegenol, dan alkohol 6%.
B. Minyak lemak sekitar 40%, berupa
gliserida dari asam miristinat, asam oleat dan asam linolenat.
C. zat putih telur 25% sampai 40%, Abu
4%, gula dan pati. Demikian banyak kandungan zatnya, sehingga banyak di
perlukan sebagai bahan obat karminativa, stimulansia setempat terhadap saluran
pencernaan. Miristin banyak diperlukan sebagai obat pembius, menyebabkan rasa
ngantuk dan memperlambat pernapasan (Kartasapoetra, 1992).
Buah pala mewujudkan biji pala (nutmeg) dan pembungkus
biji (fuli; maces). Umumnya setelah dikeringkan, kedua hasil itu diekspor
langsung. Di negara perantara, atau pemakai, biji dan fuli yang utuh dan besar,
langsung digunakan untuk rempah - rempah. Biji dan fuli yang kecil dan cacat,
dijadikan serbuk untuk disuling, dikempa atau dijadikan oleoresin (Harris,
1987).
Minyak pala yakni cairan bening hampir tak berwarna
hingga kuning muda. Sifat – sifat minyak dari biji teryata tidak berbeda dengan
minyak dari fuli pala. Bahkan kebanyakan minyak pala dihasilkan dari campuran
biji dan fuli pala.
Minyak pala jika di biarkan di udara terbuka akan
berubah menjadi kental karena terjadi pristiwa polimerisasi dan berbau
terpentin atau berbau campuran yang tidak menyenangkan (Harris, 1987). Kecuali
disuling, serbuk biji dan fuli pala dapat dikempa menggunakan alat pengempa
tekanan udara panas. Metode ini menjadikan nutmeg concrete (pekat, mencair pada
temperatur 45°C), ini mengandung minyak terbang sekitar 12%, damar, dan juga
gliseril miristikat.
Dalam industri wangi-wangian, umumnya minyak pala dicampur dengan air lavender untuk
menciptakan bau yang harum dan lembut serta susah dicontoh (Harris, 1987).
Semenjak akhir tahun 1960 -an, negara - negara yang maju menciptakan mace-oleoresin
dan nutmeg oleoresin. Kedua oleoresin ini mempunyai pasaran yang luas dalam
industri makanan, seperti daging, kue, acar, sampai ke saus tomat. Kedua
oleoresin ini lebih digemari dari pada nutmeg concretekarena bentuknya cair meskipun
konsistensinya kental (Harris, 1987). Maceoleoresin dan nutmeg oleoresin bisa digunakan
secara terpisah atau saling melengkapi. Rasa pedas dan hangat pada buah pala
berasal dari Mace oleoresin.
Komentar
Posting Komentar